Selasa, 25 April 2017

Dinamika dan Konselor Sekolah Dasar Fungsi


Anak-anak tersebar disegala penjuru halaman sekolah, tertawa,bermain, berteriak, ada yang menangis,beberapa memeluk mainannya. Saat itu masih pagi, dan ketika saya berjalan menuju gerbang sekolah, segera mereka menyambut saya dengan pelukan hangat yang tampak seperti ribuan tangan dimata saya. Dikejauhan, ada wajah-wajah seolah menunggu saya datang untuk menyapa.

Sekolah dasar adalah lingkungan yang sangat penuh dengan keceriaan bagi seorang konselor. Menurut pendapat saya, para konselor SD adalah sumber daya tertinggi yang dibutuhkan bagi ratusan siswa disekolahnya. Mereka melihat kami sebagai orang dewasa yang tidak pernah menghakimi atau meremehkan mereka. Kami adalah teman mereka, anak-anak bergantung kepada kami untuk dikasihi, dipahami, dibahagiakan, selalu bersedia menolong, sangat fleksibel dan tidak berpura-pura. Pada hakekatnya itulah pekerjaan kami.

Itu benar, kaerna pekerjaan kami adalah menyemangati dan memberikan penghargaan. Dalam hidup banyak siswa, kami mungkin satu-satunya kekuatan positif. Kehadiran kami disekolah mengizinkan semua anak mengalami perasaan hangat dan diterima.

Beragam tugas sebagai konselor sekolah dasar dimulai ketika saya memasuki gerbang halaman sekolah. Menyusul sambutan di halaman oleh anak-anak, saya pun disambut para guru ketika melangkah masuk ke kantor, dan beberapa dari mereka segera mengikuti saya ke ruang kerja saya, biasanya yang membutuhkan konsultasi tentang sejumlah problem dalam disiplin mereka, atau membuat rujukan tentang siswa-siswa tertentu yang perlu dibantu. Setelah itu, saya mengecek kembali semua tugas yang sudah saya rencanakan kemarin untuk dikerjakan hari ini.

Ada hari dimana saya harus melakukan konseling individu dengan beberapa siswa, namun ada hari lain saya harus melakukan konseling siswa bersama orangtuanya. Karena biasanya orangtua atau wali siswa sibuk bekerja, biasanya pertemuan diadakan pagi hari di jam pertama pelajaran, tetapi bisa juga di jam lain menyesuaikan waktu yang mereka miliki. Dikasus yang berat kehadiran guru wali kelas sangat dibutuhkan sehingga nantinya terjadi kesepakatan antara siswa, guru, orangtua dan konselor.

Didalam pertemuan dengan orang tua, bentuk utamanya jelas intervensi, yaitu konselor memberitahu cara mengubah atau memodifikasi perilaku siswa, atau menyelesaikan problem yang mengganggu siswa, dan meminta orangtua mendukungnya. Serta menguapayakan pencegahan. Tujuan utama pertemuan adalah mengajarkan siswa dan mendukung mereka untuk sanggup membatasi problemnya, kreatif mencari solusi terbaik dan kuat menghadapi tantangan apapun, membantu mereka percaya diri dan bertanggungjawab atas pilihan dan tindakan, dan membantu mereka gigih mengembangkan potensi dan mengatasi kelemahan.

Dihari yang lain saya melakukan bimbingan kelas dan kadang konseling kelompok. Biasanya bimbingan kelas dilakukan pada jam pelajaran terakhir sebelum istirahat pertama, atau diparuh kedua jam olahraga. Sangat menyenangkan menyiapkan peralatan untuk aktivitas bimbingan kelas. Konselor bisa memilih beragam permainan seperti rumah boneka, layar OHP, sebuah film pendek, sejumlah poster, buku-buku bergambar, stiker dan sebagainya. Namun elemen terpentingnya adalah semangat dan senyuman lebar, karena dari situlah anak-anak akan merasa bersama kita dan mau menerima apa yang akan dikatakan.

Untuk menghilangkan ketegangan diawal sesi, sekolah kami membuat semacam “aturan” dengan memberikan “tos lima jari” dan atau “pelukan”ketika saya melewati mereka. Ini jelas menyelamatkan konselor dari rasa gugup dan rasa malu, membangkitkan semangat, menyiapkan mental para siswa, menginspirasikan sesuatu yang dikatakan. Lalu apa yang diajarkan selama sesi bimbingan kelas tersebut? sebuah pendidikan afeksi, merasakan sesuatu, memikirkan sesuatu, mengimajinasikan sesuatu, memberikan suatu contoh kasus lalu menunjukkan kepada mereka cara-cara orang menghadapi seberta konsekuensinya, mengajari mereka cara mengambil keputusan yang tepat, membawa mereka paham akan kemampuan dan hambatan yang ada dalam dirinya dengan mempelajari perbandingan biografi tokoh-tokoh terkenal, menunjukkan pada mereka perubahan yang mungkin terjadi dan bisa dilakukan, dan akhirnya meningkatkan kepekaan dan kepedulian mereka pada sesama. Teknik yang dilakukan untuk melakukan bimbingan kelas bukan teknik-teknik akademis.

Di hari-hari yang lain, saya harus melakukan konseling kelompok pada beberapa siswa, biasanya dibatasi maksimal 6 siswa untuk efektifnya. Prosedur konseling kelompok dilakukan sesuai aturan yang berlaku, dan biasanya untuk mengatasi suatu problem yang dihadapi atar-siswa, atau beberapa siswa mengalami permasalahan yang sama, atau memperlihatkan kepada beberapa siswa yang memiliki problem berbeda kalau mereka bisa saling bekerja samauntuk menyelsaikannya. Namun dimikian ada hari berjalan menegangkan, khususnya ketika terjadi insiden kecil yang membutuhkan pertolongan darurat. Bagaimanapun siswa SD adalah manusia-manusia yang laing aktif, dan terkadang mereka sulit mengotrol diri kalau sudah terlanjur gembira bermain. Para guru jelas tidak mungkin bisa membawa siswa ke rumah sakit atau klinik terdekat, karena harus mengajar. Lalu pilihan jatuh ke pihak administrator kalau sedang tidak sibuk, atau konselor.

Akhirnya, untuk menjadi seorang konselor yang profesional, saya harus memiliki data yang lengkap mengenai siswa, dan data dari administratornya jelas terlalu demografik. Konselor perlu data objektif mengenai kondisi psikologis semua siswa. Karena itu, dihari-hari yang lain, saya menjalankan tes standar untuk mengetahui kondisi objektif siswa. Dan dihari yang lain saya mengajarkan tes khusus untuk problem-problem tertentu pada siswa tertentu.

Menjadi tanggungjawab saya untuk menyediakan format tes yang dibutuhkan. Pencarian, pemberian tes, penilaian dan penyimpanan hasil nilai dalam format laporan terpadu sungguh memakan waktu cukup banyak. Kadang saya harus membawa pekerjaan kerumah untuk diselesaikan, atau kadang bisa saya selesaikan di sekolah ketika tidak ada jadwal rutin hari itu atau tidak banyak aktifitas konseling individu atau kelompok. Memiliki data akurat mengenai kondisi psikologis umum setiap siswa dan kondisi khusus siswa tertentu menjadikan saya lebih efektif bekerja, membantu para guru dan orang tua mengenali dan memahami anak-anak.

Mendekati akhir semester saya harus membuat laporan mengenai seluruh aktifitas profesional saya disekolah untuk diserahkan ke organisasi profesi. Bukan sekedar persyaratan organisasi, namun lebih penting lagi, menjadi dokumentasi berharga untuk penilaian siapapun yang ingin mengetahui kemajuan program konseling disekolah kami, dan bahan penelitian berharga untuk periset yang ingin meneliti dikemudian hari.

Selain untuk fungsi administrasi, hasil tes bisa juga dilaporkan kepada orangtua dan menjadi peganganpara guru. Tujuannya agar semua pihak mengetahui setepat mungkin potensi, kemungkinan gangguan dan hambatan yang dimiliki anak-anak, lalu bekerjasama mengatasinya dengan baik. Paling baik jika hasil tes bisa dibahas bersama didalam pertemuan dengan guru wali kelas dan orangtua. Agar beban guru menjadi lebuh ringan karena memahami kondisi psikologis siswanya, agar orangtua paham anaknya dan meringankan kecemasan karena ketidaktauhannya, agar terjadi saling pengertian dan penghargaan antara guru dan orangtua, dan agar semua pihak bersemangat untuk mengembangkan potensi dan semangat belajar anak.

Para konselor sekolah dasar adalah pribadi-pribadi yang istimewa dan penuh perhatian, yang mendedikasikan hidupnya untuk mendidik anak-anak diwilayah afektif. Kami membantu mereka mempersiapkan diri menjadi orang dewasa yang lebih percaya diri, produktif, dan sukses.hari kami diakhiri dengan sebuah perasaan penuh dan utuh karena umpan balik yang terus kami peroleh dari anak-anak, orangtua dan guru, dan kepuasan karena pencapaian yaitu sudah membuat perbedaan besar bagi hidup anak-anak yang kami sayang itu.

Deskripsi ini tentang aktifitas sehari-hari seorang konselor sekolah dasar yang ditulis Sherry K. Basile, Ph. D. Saat itu ia bekerja sebagai konselor sekolah dasar di Berkeley Elementary School, Monck’s Corner, South Carolina.

Selasa, 18 April 2017

diagnosis kesulitan belajar terhadap siswa dan remedial teaching

Pada suatu hari di sekolah Dasar suka Maju tepatnya dikelas  III duduk seorang gadis bernama  ani. ani merupakan anak pendiam dan suka bermain dengan beberapa teman saja. Saat pelajaran berlangsung, ani disuruh ibu guru membaca sebuah cerita didepan kelas, namun apa yang terjadi?, ani sering salah dalam membaca, bahkan tidak jarang ada penyebutan kata yang terbaik-balik seperti ketika menyebut huruf “c” keliru “j”, huruf “d” berubah menjadi “b”. ketika dirumah ani juga sangat sulit untuk belajar, hal ini terlihat dari buku bacaan yang ani baca hampir nihil. Namun ani sangat antusias ketika bermain game, tepatnya game online. Orangtua ani juga sering mengeluhkan terhadap sikap ani yang malas belajar dan membaca. Tidak jarang orang tua ani berkonsultasi kepada guru kelas terkait sikap anaknya. Berdasarkan komunikasi tersebut, ibu ani mendapatkan hasil bahwa ani didiagnostik mengalami kesulitas belajar.
Berdasarkan cerita diatas, penulis akan menjelaskan tentang diagnostik kesulitan belajar dan remedial teaching. Mungkin sahabat pembaca sudah tidak asing lagi dengan kedua istilah tersebut. sesuai dengan kurikulum K13, yang mengacu pada pembukaan UUD 1945 tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.  tujuan belajar mempunyai tingkat-tingkat tertentu yang harus dicapai dalam waktu tertentu, karena itu menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak, perlu adanya diagnosis kesulitan belajar.
Menurut Thorndike dan Hagen diagnoatik dapat diartikan sebagai upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan study yang saksama mengenai gejala-gejalanya. Study yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal yang menemukan karakteristik yang esensial dan kepuasan yang dicapai setelah dilakukan suatu study yang saksama terhadap gejala-gejala atau fakta-fakta terhadap suatu hal.
diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar dengan cara melihat indikasi-indikasi tertentu seperti:
1.      Nilai mata pelajaran dibawah sedang.
2.      Nilai yang diperoleh dibawah rata-rata nilai kelas.
3.      Prestasi yang didapat tidak sesuai dengan kemampuan intelegensi yang dimiliki.
4.      Perasaan  siswa yang bersangkutan akan kesulitan belajar.
5.      Kondisi kepribadian siswa yang bersangkutan. Seperti menunjukkan gejala-gejala tidak tenang, tidak bisa berkonsentrasi, tidak semangat, apatis dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar dengan cara mengamati kesulitan siswa sehingga bisa menemukan langkah-langkah untuk memecahkannya.
Remidial teaching menurut Ischak S. W dan Warji R. Dalam bukunya remedial Teaching adalah kegiatan perbaikan dalam proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk pemberian bantuan. Pemberian bantuan dalam proses belajar mengajar yang berupa perbaikan terprogram dan disusun secara sistematis.
Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) remedial berarti pertama, berhubungan dengan kebaikan, pengajaran ulang bagi siswa yang hasil belajarnya jelek. Kedua remedial sifatnya menyembuhkan. Sedangkkan “teaching” yang berarti “pengajaran” memiliki arti proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan.

Jadi remidial teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat jadi baik. 

Selasa, 11 April 2017

praktik Konseling disekolah

Pengalaman lapangan dan masil wawancara menunjukkan bahwa pembimbing di sekolah-sekolah kurang dalam segi keterampilan konseling untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu siswa untuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapinya. Hasil study mengenai kemampuan guru-guru pembimbing SMA dalam memberikan konseling terhadap siswa yang telah membuktikan hal-hal berikut:
1.      Kebanyakan pembimbing SMA tidak mampu bersama Klien untuk mendefinisikan masalah siswa pada tahap awal konseling.
Karena itu bagaimana mungkin pembimbing akan berhasil membantu pengembangan potensi siswa, dan siswa yang dapat memecahkan masalahnya pada kasus siswa yang datang dengan sukarela kepada pembimbing. Padahal jika pembimbingcukup mempunyai keterampilan yakni menguasai teknik-teknik konseling, maka di tahap awal itu dia tentu akan berhasil mendefinisikan masalah klien secara bersama-sama.
Bayangkan kebanyakan siswa datang kepada pembimbing adalah karena dihadirkan dengan agak paksa. Siswa tersebut bersifat enggan, tertutup, dan dengan perasaan kesal, serta agak cemas hadir diruangan BK. Menghadapi siswa yang memiliki ciri-ciri tersebut pada tahap awal konseling jauh lebih sulit daripada siswa yang datang dengan sukarela. Untuk itu amat dibutuhkan keahlian pembimbing dalam memvariasikan teknik-teknik konseling ditahap awal.
Adapun teknik konseling yang diperlukan pada tahap awal konseling adalah Attending (keramahan menerima siswa), empati primer dan tingkat tinggi, refleksi perasaan, eksplorasi perasaan dan pengalaman, dan kemampuan menangkap pesan utama siswa, kemudian merumuskan bersama bersama siswa masalah yang dialaminya.
2.      Kurangnya keterampilan pembimbing dalam mengaplikasikan teknik-teknik konseling.
Dari hasil penelitian banyak pembimbing sekolah mengeluarkan empat hingga lima teknik konseling saja, seperti pertanyaan tertutup, nasehat, pemberian informasi, mengajar, dan mengarahkan.
Disamping teknik-teknik yang minim dan tidak bervariasi, kebanyakan pembimbing seperti menginterogasi siswa sebagaimana layaknya dilakukan oleh petugas keamanan. Dengan kurang kayanya teknis konseling serta konseling yang bernada interogasi, kebanyakan siswa-siswi dkonseling menjadi tertutup, atau walaupun ada jawaban sekedar “ya” dan “tidak”, atau berupa bahasa badan yakni dengan anggukan dan gelengan kepalaa.
Pembimbing tidak mampu membuat siswa berpartisipasi dalam konsep konseling. Kebanyakan siswa menjadi pasif dan tidak terbuka. Kondisi seperti ini membuat pembimbing banyak bicara dengan nasehat-nasehat, arahan, dan pemberian informasi.
3.      Tidak mampu membantu mengembangkan potensi dan penyelesaian masalah secara tuntas.
Hal in disebabkan ketidakmampuan pembimbing untuk menangkap isu-isu siswa yang penting. Kemudian bersama siswa menentukan isu yang dianggap amat penting sebagai masalah untuk dibicarakan. Selanjutnya pada tahap pertengahan masalah tersebut di kupas bersama siswa.
a.       Kebanyakan pengembangan potensi dan pemecahan masalahnya.
b.      Adanya rencana hidup implikasi kemampuan mengatasi masalah. kedua hal tersebut kebanyakan hasil prakarsa siswa sebagai akibat kemampuan pembimbing dalam memimpin proses konseling.
c.       Menurunnya derajat kecemasan siswa secara berarti, sehingga mukanya berser-seri saat keluar dari ruang  bimbingan dan konseling.adanya proses
d.      Adanya evaluasi proses konseling
4.      Kebanyakan pembimbing sekolah yan diteliti tidak memahami tahapan-tahapan proses konseling serta tujuan, isi, dan teknik-teknik konseling yang dapat digunakan pada setiap tahapan tersebut.

                                                                                 .                                                                                                                                                                                            

Selasa, 04 April 2017

Peranan negosiasi dalam konseling

Klien merupakan seorang yang harus diselesaikan masalahnya secepat mungkin. Dalam menghadapi klien yang menentang,terpaksa enggan perlu diadakan negosiasi sebelum konseling yang sebenarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan klien itu terpaksa, enggan dan menentang adalah sebagai akibat dari sistem organisasi sekolah yang amat disiplin dan tidak demokratis. Sebagai contoh banyak siswa yang didatangkan guru atau wali kelas secara terpaksa kepada pembimbing. Demikian juga panggilan melalui surat yang dibawa oleh pembantu sekolah ke kelas dengan memanggil nama seorang siswa untuk menghadap guru pembimbing. Karena itu kita perlu menghindarkan pemanggilan siswa siswi dikelas secara paksa yaitu: melalui surat BK, oleh wali kelas, oleh pembantu sekolah dengan membawa surat guru BK.
Cara-cara ini biasanya langsung memanggil siswa siswi didalam kelas. Cara tersebut cukup riskan, karena siswa yang dipanggil akan merasa malu. Takut, dan selalu bertanya-tanya didalam dirinya, apa gerangan kesalahan saya? Disamping itu, pandangan teman-teman di kelas agak sinis sebab dianggapnya siswa tersebut adalah anak yang bermasalah. Pandangan tersebut bersumber dari kondisi BK sendiri. Khususnya guru-guru BK yang sering menjadikan BK sebagai ajang untuk menindas siswa, seperti membri malu, mengancam, dan sebagainya. Karena itu perlu dicarikan cara-cara yang lebih ramah, bersahabat dan menghargai.
Salah satu cara yang dianggap baik adalah melalui negosiasi. Istilah negosiasi dikutip dari dunia diplomatik yaitu untuk mempengaruhi pihak lain agar dapat menerima sesuatu konsep, rencana, atau program sebagai goal dari negosiasi. Orang yang melakukan negosiasi disebut negosiator.
Dewasa ini pekerjaan negosiasi bukan hanya dilakukan oleh para diplomat, akan tetapi merambah kesemua hubungan sosial, termasuk dalam bidang pendidikan, khususnya pelaksanaan konseling dan pengajaran.Syarat-syarat untuk dapat melakukan negosiasi dengan baik, adalah sebagai berikut:a.      Kecerdasan dan wawasan yang luas
b.      Keterampilan berbicara dan komunikasi yang menghargai
c.       Bersikap ramah, murah senyum, sopan, cermat dan empati
d.      Pemahaman yang memadai tentang subjek yang dihadapi. Yaitu semua informasi penting tentang orang tersebut
e. Tidak membosankan, tidak memaksa, tidak menyimpulkan dan tidak mengecewakan orang lain.
 A.      Negosiasi dalam konseling
Negosiasi kita praktikan dalam konseling, adalah upaya untuk “membujuk” agar calon klien kita merasa aman, senang, dan mau diajak bicara tentang dirinya. Hal ini untuk menghindarkan hambatan-hambatan administratif, psikologis, dan sosio-kultural. Jika klien sudah bersedia untuk melakukan dialog konseling maka kesempatan tersebut jangan diabaikan lagi. lakukan konseling individual.
Pertama: bujuklah hubungan konseling melalui keramahan, senyum, sikap mepatik, terbuka, menghargai, bertanya terbuka, penuh perhatian dan cepat memahami keadaan klien. Mulailah pembicaraan yang membuat klien senang berbicara, misalny diawali kata “maaf” dan menawarkan “apakah mungkin kita dapat membicarakan hal-hal yang menurut anda penting?” atau pembicaraan dimulai dengan minat, bakat, dan kemampuan demikian juga hobi. Setelah negosiasi, konselor membuat perjanjian dengan klien, kapan dan dimana bisa berbicara lebih serius. Jadi kapan dan dimana bisa mengadakan hubungan konseling. Paling baik bagi seorang konselor adalah sejak awal sudah memiliki informasi tentang klien terutama hal-hal yang menyenangkan klien. Yang penting ciptakan hubungan konseling yang menggembirakan klien dan tidak langsung ke persoalan inti. Kecuali jika dia yang memulai. Disamping itu agar klien dapat terbuka, maka hubungan konseling hendaklah bernuansa afektif, diminta konselor bersikap empati, dan mendorong klien agar terus berbicara tentang perasaanya.
Kedua: tangkaplah isu penting seberapa mungkin yang bisa anda lakukan. Karena hal ini amat tergantung kepada kecerdasan konselor untuk memikirkan ungkapan-ungkapan verbal dan noverbal yang mungkin mengandung isu atau masalah, mengenai dirinya, ataupun adanya potensi klien yang kurang berkembang sehingga menjadi masalah baginya. Makin banyak berbicara menegnai dirinya yang kait-mengait dengan lingkungan, makin memungkinkan muncul isu tentang keterampilan bahasa atau kalimat atau ucapan konselor yang membuat klien selalu berbicara mengeluarkan isi hati. Dalam situasi demikian konselor akan mudah menangkap isu-isu mengenai diri klien.
Ketiga: berbekal isu-isu tentang diri klien yang telah ditangkap, maka konselor bekerja dengan isu tersebut, artinya melakukan proses konseling yang sebenarnya yatiu membantu agar klien menurunkan stresnya, mampu memahami diri dan masalahnya, mampu menyusun rencana atau ide-ide yang baik agar dia dapat mengatasi maslaahnya sendiri.
Keempat: klien menarik beberapa kesimpulan dengan bantuan konselor. Kemudian agar klien memberikan evaluasi mengenai jalannya proses konseling serta sikap dan kemampuan calon konselor dalam upaya memberikan bantuan. Akhirnya klien mengemukakan rencana/programnya. Selanjutnya janji untuk mengadakan pertemuan berikutnya dengan konselor, dengan tujuan untuk mengecek sejauh mana rencana klien sudah dilaksanakan.

B.      Praktik Negosiasi
Untuk mempraktikan upaya negosiasi dengan calon klien, khususnya para siswa siswi dapat ditempuh kegiatan berikut:1.      tandai calon klien dengan berdasarkan informasi yang ada. Kalau bisa dikaji data yang barkaitan dengan potensinya seperti keahlian, keterampilan, bakat khusus, hobi, dan sebagainya. Guna data seperti ini adalah untuk memudahkan pembicaraan tahap awal sehingga membuat klien gembira dan senang untuk berbicara mengenai dirinya.
2.      amati cslon klien saat dia santai dilaur pelajaran. Misalnya dia sedang “ngobrol” dengan seorang teman atau sekeolmpok teman. Jika momen sudah dianggap tepat, mulailah mendekat dengan ramah dna baik, serta lakukan dialog seperti ini:
a.      calok konselor(CK): “maaf boleh saya mengganggu sebentar?”b.      para siswa (PS): “O..Silahkan
c.       CK: “saya perkenalkan diri saya sebagai mahasiswa sedang praktik bimbingan dan konseling disekolah”.d.      PS: “O..Jadi apa yang bapak inginkan dari kami?”e.      CK: “Maaf, panggil saja saya kakak, dan jangan sungkan-sungkan terhadap saya, sebenarnya saya ingin berbincang-bincang dengan saudara D di tempat terpisah. Bagaimana D, apakah anda bersedia?”f.        D : “Ada apa ya?” (agak ragu dan curiga)g.      CK : “tidak, hanya sekedar ngobrol ringan saja, boleh kan?”
h.      D : “baiklah kalau begitu, permisi teman-teman”
Jika negosiasi berhasil diawal seperticontoh diawal diatas, maka negosiasi selanjutnya adalah dengan D, kapan dia bersedia untuk berbincang-bincang lebih jauh dengan dirinya, dalam arti proses konseling. Pada nego kedua ini munkin bisa dibuat perjanjian hari, waktu dan tempat yang sesuai dengan kesediaan dan kebutuhan siswa.

Jumat, 24 Maret 2017

Pentingnya Teknik Bimbingan Konseling Bagi Konselor

Bagi konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. Sebab dalam konseling teknik yang baik adalah kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang baik harus mampu merespon klien dengan tenik yang benar, sesuai dengan kondisi klien saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya klien terus terlibat dalam mendiskusikan mengenai dirinya bersama konselor.
Teknik konseling merupakan cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menamakan teknik konseling yaitu keterampilan konseling, strategi konseling.
Respon konselor terhadap klien mencakup dua sasaran yaitu perilaku verbal dan perilaku non verbal. Perilaku verbal mencakup semua pernyataan baik kalimat-kalimat yang panjang, singkat, maupun yang terpotong-potong seperti oh, aduh, yah, dan sebagainya. Sedangkan perilaku non verbal adalah semua perilaku bahasa tubuh berupa isyarat, posisi tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, letak lengan, anggukan kepala, jarak duduk dan posisi kaki.
Seorang konselor bukanlah robot yang sedang berbicara. Melainkan seorang individu yang sarat dengan latar belakang sosial, budaya, agama, persoalan-persoalan hidup, keinginan dan cita cita, dan masih banyak lagi. kalau konselor berespon terhadap klien dalam kondisi dirinya tidak nyaman, dan sedang terganggu, maka besar kemungkinan kondisi tersebut akan terbawa tanpa sengaja kedalam hubungan konseling. Untuk mengatasi hal tersebut konselor harus berusaha mengusir segala masalah diri semaksimal mungkin, dan paling tidak dia harus menyadari bahwa dirinya mempunyai masalah. Dengan perkataan lain harus ada kepekaan terhadap diri. Kemudian konselor tersebut harus peka tentang adanya bahasa tubuh klien, dan terlatih dalam membaca bahasa tubuh tersebut, serta terlatih pula dalam menggunakan teknik-teknik konseling sesuai dengan pernyataan verbal dan nonverbal klien.
Seorang konselor yang terpengaruh oleh keadaan luar dirinya seperti lingkungan, keluarga, dan ekonomi, atau mungkin dalam kondisi emosi yang tidak stabil, maka itu semua akan berpengaruh terhadap hubungan konseling. Dan akan berpengaruh pula terhadap respon klien kepada konselor. Dampaknya respon klien tidak sesuai dengan harapan seperti kurang bersahabat, tidak berpartisipasi dan tertutup.
Sedangkan respon klien menurut barbara F. Okun (1987) respon klien terbagi atas dua hal:
1.      Verbal massages yaitu pesan-pesan verbal atau ucapan-ucapan yang berisi muatan kognitif.
2.      Nonverbal messages merupakan pesan-pesan dengan muatan afektif dan psikomotor.
Untuk bisa membaca pesan, disamping kepekaan, konselor harus mendapat latihan-latihan khusus, yaitu microtraining atau microcounseling suatu latihan khusus setiap teknik konseling secara teratur dan berulang kali, dan macrotraining atau macrocounseling yaitu menggunakan teknik-teknik konseling dengan bervariasi dalam simulasi (role playing) dan praktik konseling.


JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengembangan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah. Selain itu dituntut keahlian dari guru pembimbing, dan tersedianya dana serta sarana yang memadai. Perhatian utama siswa yang biasanya kepada siswa yang bermasalah, kini dipusatkan pada siswa yang normal, tidak bermasalah, jumlahnya terbanyak, dan potensial untuk dikembangkang.
Melayani siswa disekolah terutama yang jumlahnya banyak perlu memperbanyak guru pembimbing profesional konseling. Hal ini akan menjaga citra sekolah dan citra bimbingan konseling yang selama ini banyak tercemar berhubung dilakukan oleh guru pembimbing yang tidak bekerja secara profesional. Perbandingan antara seorang guru pembimbing dengan siswa adalah maksimal 1:200, artinya setiap seorang guru pembimbing melayani 200 siswa selama satu tahun. Dengan demikian, pembimbing akan dapat memberikan layanan konseling individual dan bimbingan secara terencana.
Berdasarkan kurikulum SMU 1994, Kegiatan layanan bimbingan dan konseling terdiri dari:
1.      Layanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengarahkan siswa dari situasi lama ke situasi baru. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam layanan orientasi adalah layanan informasi, memberikan keterangan tentang berbagai hal berkenaan dengan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar, guru, para siswa lama, lingkungan fisik sekolah, ruang bimbingan dan konseling dan kantor guru beserta kepala sekolah.
2.      Layanan informasi
Layanan informasi dilakukan sepanjang tahun jika diperlukan siswa dan orangtuanya demi kemajuan studi. Karena itu layanan yang satu ini harus diprogramkan dengan baik. Jika pada layanan orientasi, adalah karena berkaitan dengan keperluan siswa baru. Namun, jika para siswa baru telah menjadi senior, mereka tetap memerlukan layanan informasi. Demikian juga terhadap orang tua siswa, sepanjang tahun selama anaknya di sekolah mungkin masih memerlukan layanan berbagai informasi. Layanan informasi meliputi:
a.       Informasi pendidikan.
b.      Informasi jabatan/pekerjaan.
c.       Informasi sosial budaya
d.      Informasi diri siswa

3.      Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran
Layanan ini dpimpin oleh guru pembimbing. Akan tetapi dapat juga dilakukan oleh wali kelas dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah atau guru pembimbing. Namun perlu diingat bahwa kegiatan ini besar kemungkinan akan mengait dengan hal-hal yang profesional seserti tes psikologi, pembuatan angket khusus, wawancara konseling, karena itu campur tangan pembimbing profesional tidak dapat dipungkiri.
4.      Layanan bimbingan belajar
Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Hal ini berarti siswa memiliki kemampuan lebih dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dan berkualitas.
Kegiatan ini dilakukan oleh guru pembimbing dan dibantu oleh wali kelas dan guru lainnya. Dalam hal-hal kesulitan belajar dengan kadar latar belakang psikologis yang agak dalam, maka penanganannya memerlukan cara-cara yang profesional.
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu cara untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya. Dengan metode diagnostik ini akan diketahui sebab-sebab kesulitan tersebut.
5.      Layanan konseling individual
Layanan konseling individual adalah layanan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.
6.      Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok siswa untuk memecahkan secara bersama masalah-masalah yang menghambat perkembangan siswa.

Selasa, 21 Maret 2017

bimbingan bagi siswa bermasalah

saat duduk dibangku sekolah seringkali kita dihadapkan oleh siswa yang bermasalah, bahkan kita menganggap siswa bermasalah merupakan momok bagi masyarakat dilingkungan sekolah. Dan tidak jarang siswa yang bermasalah kurang mendapatkan pehatian dari pihak sekolah, mereka dianggap musuh bagi lingkungan sekolah, ketika mereka membuat problem seakan-akan hanya hukuman yang pantas bagi mereka, tiada maaf bagi mereka, sedikit dari lembaga sekolah yang memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pembuat masalah. Padahal yang mereka butuhkan adalah bimbingan kearah yang lebih baik. Maka dari itu penulis akan sedikit mengulas tentang bimbingan bagi siswa bermasalah.
Siswa bermasalah, walaupun jumlahnya tidak lebih dari 5%, tetap menjadi perhatian lembaga bimbingan dan konseling di sekolah. Namun perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa dapat dibantu guru pembimbing berhubung keterbatasan kemampuan profesional. Karena itu perlu dipilah-pilah mengenai kasus-kasus siswa bermasalah kira-kira sebagai berikut:
1.      Kasus ringan seperti membolos, malas, kesulitan belajar bidang study tertentu, bertengkar, berkelahi dengan teman satu sekolah, merokok, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.
2.      Kasus sedang seperti gangguan emosional, berpacaran dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila.
3.      Kasus berat seperti gangguan emosional berat (neurosis), kecanduan alkohol dan narkoba, pelaku kriminalitas, siswi hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam.
Adapun penanggung jawa bimbingan dan konseling terhadap kasus-kasus tersebut ialah sebagai berikut:
1.      Kasus ringan : dibimbing oleh wali kelas dan guru-guru dengan berkonsultasi kepada sekolah atau konselor dan mengadakan kunjungan rumah (home visit).
2.      Kasus sedang : dibimbing oleh guru pembimbing dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli atau profesional, polisi, staff guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
3.      Kasus berat : mengadakan referal (ahli tangan) kepada ahli psikologi dan psikiater, polisi, ahli hukum. sebelumnya diadakan konferensi kasus.